Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharram 1434 H. Untuk itu, dianjurkan agar dalam menyambut tahun baru tersebut kita melakukan beberapa perenungan, diantaranya :
1. Bersyukur atas umur yang diberikan Allah SWT.
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah SWT pada kita, dan terkadang kita lupa untuk mensyukurinya. Sementara kita saat ini masih diberikan Allah SWT kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, dan menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah SWT kelak.
2. Muhasabah (introspeksi diri) dan perbanyak istighfar.
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok harinya.
3. Mengenang Hijrah Rasulullah SAW.
Peristiwa hijrah ini selayaknya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah SWT, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan aktif di dalamnya.
Kata Muharram artinya “dilarang”. Sebelum datangnya ajaran Islam bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Muharram adalah satu dari empat bulan-bulan yang dijuluki bulan haram, bulan-bulan itu antara lain : Muharram, Dzulhijjah, Dzulqaidah dan Rajab. Hal ini terdapat didalam alquran diantaranya pada ayat :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram....." (QS Al-Maidah : 2)
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,....." (QS. At Taubah : 36)
Beberapa Keutamaan di Bulan Muharram.
a. Bulan Haram.
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum).
Pada bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain. Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : "Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk" (Q.S. al Baqarah : 238)
Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.
b. Bulan Allah.
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “Syahrullah” (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan Lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang Lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim).
c. Sunnah Berpuasa.
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh. Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah SWT. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :
1. Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ibnu Abbas ra berkata :
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari Asyura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
4. Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda : "Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“
Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.
Beberapa Peristiwa di Bulan Muharram :
· Bebasnya Nabi Nuh dan ummatnya dari banjir besar.
· Nabi Ibrahim selamat dari apinya Namrudz.
· Kesembuhan Nabi Yakub dari kebutaan dan ia dibawa bertemu dengan Nabi Yusuf pada hari Asyura.
· Nabi Musa selamat dari pasukan Fir’aun
· Nabi Isa diangkat ke surga setelah usaha Roma untuk menangkap dan menyalibnya gagal.
· Allah SWT menjadikan langit dan bumi pada hari Asyura.
· Allah SWT menjadikan Adam juga Hawa pada hari Asyura.
· Allah SWT menjadikan Syurga serta memasukkan Adam di syurga pada hari Asyura.
· Allah SWT memberi taubat kepada Adam pada hari Asyura.
· Allah SWT mengampunkan dosa Nabi Daud pada hari Asyura.
· Kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Asyura.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ikrimah berkata :
Hari Asyura ialah hari diterimanya taubatnya Nabi Adam. Dan hari itu pula hari turunnya Nabi Nuh dari perahunya. Maka ia berpuasa syukur; dan ia pula hari tenggelamnya Fir’aun dan terbelahnya laut bagi Nabi Musa a.s. dan Bani Israil. Maka mereka berpuasa; kerana itu jika dapat; engkau berpuasalah pada hari Asyura. Dinamakan Asyura kerana ia jatuh pada sepuluh bulan Muharram.
Bulan Menyantuni Anak Yatim.
Selain keutamaan demi keutamaan yang telah disebutkan di atas, mungkin disebagian masyarakat lazim dan mengenal istilah bulannya yatim, yaitu menyelenggarakan sebuah acara dimana mereka memberikan santunan kepada para anak yatim di hari yang telah ditentukan dalam setiap tahun baru muharram, yaitu antara 9 dan 10 Muharram setiap tahunnya. Ada kesan lain yang patut disoroti dari perayaan tahun baru anak yatim diwajibkannya untuk memuliakan anak yatim, menanggung kehidupannya, menyayanginya, dan segala amal kebaikan yang menyenangi anak yatim maka ia akan mendapatkan ganjaran seperti dalam hadist.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Imam Bukhari dari jalan Abu Hurairah, dimana Rasulullah SAW mengatakan: “Orang yang menanggung anak yatim baik anak yatim itu ada hubungan famili maupun tidak, maka saya dan orang yang menanggungnya seperti dua jari ini di dalam surga.”
Malik bin Anas mengatakan, Rasulullah memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. "Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. (QS. Adh Dhuha : 9), dan dalil-dalil lainnya yang memiliki kaitannya dengan muamalah terhadap anak yatim.
Betapa sangat terpuji dan mulianya jika dana pesta, sarana dan prasana penyambutan tahun baru yang tidak bermanfaat itu dialokasikan kepada mereka yang masih selalu menjerit kelaparan, merintih kehausan, menangis kehilangan papan (tempat tinggal), menggigil kedinginan dan yang mengerang kepanasan. Masih adakah empati kita pada mereka? Ataukah empati itu sudah tertutup dengan dinding tebal apatis dan egois kita?
Tentu kita tidak akan melewatkan kesempatan demi kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk mencari kebaikan sebanyak-banyaknya dari bulan Muharram ini, termasuk memuliakan anak yatim sebagai wujud kepedulian sosial kita kepada anak yatim, dan tentu hendaknya bukan hanya pada bulan Muharram saja kita peduli pada mereka, dibulan-bulan berikutnya selayaknya kita tetap menyantuni anak-anak yang tak mampu, karena apalah artinya kita mengagung-agungkan bulan Muharram sebagai bulan yatim tapi ketika Muharram habis, kita tidak memperdulikan dan bersikap acuh serta seolah-oleh tutup telinga terhadap mereka.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk penulis dan pembacanya, Amin ya Rabb.......
Diposting Oleh : Ismadi Putra
Anda sedang membaca artikel tentang KEUTAMAAN DAN PERISTIWA DI BULAN MUHARRAM. Anda diperbolehkan mengcopy paste isi blog ini, namun jangan lupa untuk mencantumkan link ini sebagai sumbernya. Beritahukan kepada saya jika ada Link yang rusak atau tidak berfungsi.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung di Blog ini.
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan tidak mengandung spam.
Beritahukan kepada saya, jika terdapat LINK yang rusak dan TIDAK BERFUNGSI.